Rabu, November 12, 2008

In the middle of workin' stress

Kiriman dari Seorang Teman,...bagus untuk renungan dan koreksi dalam menjalani dan menikmati hidup.


Pernah nggak di tengah kesibukan membaca email tentang pekerjaan, anda menerima email dari teman yang isinya pemandangan indah dari sebuah kamar hotel berbintang lima? Atau gambar super mewah yang diambil dari sebuah dek kapal pesiar? Bagaimana perasaan anda saat itu? Mungkin diantara anda ada yang berpikir,.."Wah, kapan ya saya bisa pergi kesana biar stress kerja saya hilang?"Atau "Wah saya harus kerja keras berapa tahun nih biar bisa liburan kesana?" Tapi pernahkah anda berpikir "Kira -kira berapa lama hasil kesenangan berlibur ke hotel bintang lima atau kapal pesiar mewah itu bisa dirasakan?" atau "Apakah hasil liburan itu bisa menjamin saya tidak stress selama setahun?"... Hm.kenyataannya banyak orang yang mengatakan "Wah, kok saya stress lagi ya abis pulang liburan?", padahal dia habis berlibur ke luar kota bahkan ke luar negeri. Klo begitu berarti berlibur di tempat mewah bukan jaminan penghilang stress dong? Jadi apakah sebenarnya obat stress?

Ketika pertanyaan tentang obat stress ini muncul di benak saya, saya jadi teringat cara kerja tubuh. Seperti yang kita tahu, tubuh setiap individu memiliki kapasitas atau kemampuan kerja tertentu. Sehingga ketika tubuh dipaksa bekerja di luar kapasitasnya atau kemampuannya, dia akan sakit.
Sehingga jangan kaget ketika suatu ketika anda tiba-tiba jatuh sakit karena terlalu lelah beraktivitas. Tapi ada juga orang yang memiliki segudang aktivitas, namun jarang sakit. Nah tipe orang seperti ini biasanya karena mereka minum suplemen, atau rutin berolahraga, atau sangat memperhatikan gizi makanan. Artinya, sebenarnya tubuh butuh keseimbangan dalam kerjanya.
Jadi kalau anda banyak melakukan kegiatan fisik misalnya, sudah selayaknya anda makan lebih bergizi. Pun demikian dengan jiwa manusia, juga butuh penyeimbang kerja.

Dr. Aidh al-Qarni dalam La Tahzan menyatakan bahwa jiwa manusia sangat mudah jenuh. Ia butuh keseimbangan. Tak mungkin orang seterusnya bekerja. Juga, tak perlu orang bekerja terlalu memaksakan diri. Cobalah anda bandingkan pernyataan ini dengan fakta hidup kita dalam sistem kapitalis saat ini.
"Time is money" jadi sebuah pijakan, karenanya bekerja dua belas jam sehari seperti robot adalah budaya. Lalu tengoklah apa yang terjadi, bioskop dan mall-mall jadi sangat ramai buat tempat mencari hiburan, liburan mewah seakan-akan jadi barang yang amat sangat dibutuhkan. Begitulah kenyataannya sekarang, semakin banyak manusia yang memiliki kepribadian mayat (nekrofili). Para nekrofili menganggap bahwa kebahagiaan itu berasal dari luar diri. Semakin banyak benda yang ditambahkan dari luar, atau semakin banyak pujian dari orang lain, semakin besar kebahagiaan. Maka seperti yang dikatakan oleh Qamaruzzaman dalam salah satu bukunya, jangan heran kalau para nekrofili ini akan terus memburu benda-benda tanpa kenal henti. Karena benda-benda itu terus-menerus berganti-ganti, mereka pun jadi gelisah tanpa ujung. Jadi merupakan hal yang pantas bukan, kalau standard kebahagiaan hidup dalam diri anda masih saja materi, sehingga waktu anda sepenuhnya hanya terkuras untuk kerja, stress berlebihan pasti akan muncul.

Coba kalau anda kembali hidup dengan standard seorang muslim, hidup untuk beribadah kepada Allah. Semua aktivitas hanya dilakukan dalam rangka beribadah kepada-Nya. Maka bekerja, makan, istirahat, hanya menjadi bagian aktivitas untuk menopang ibadah pada Allah. Kalau hal ini menjadi standard hidup anda, maka pasti anda tidak akan cukup punya waktu untuk stress berat.
Karena begitu anda satu langkah mendekat ke arah stress kerja misalnya, anda akan segera teringat "rizki itu datang dari Allah", anda hanya diperintahkan untuk bekerja untuk menyosongnya dan bertawakal akan semua hasilnya. Maka menjadi seorang muslim sejati adalah jaminan ketangguhan jiwa, ketangguhan saat menerima saat-saat sulit apalagi saat-saat mudah. Seorang muslim sejati yakin akan janji Allah "Barangsiapa bertaqwa kepada Allah maka Ia akan memberikan padanya jalan keluar" (As Shaff :2). Atau meminjam istilah Husein Matla, ketika seseorang hidup sebagai "Agen Misi" (yang bertugas menjalankan perintah "tuan", Allah Rabbul Izzati), maka mereka akan tenang mengahadapi setiap pekerjaan, karena yakin akan pertolongan tuan atau biro agen mereka, selalu minta tolong biro agen saat ada masalah, serta selalu siap bekerja.

Jadi sekarang, silakan anda pilih, hidup dengan standard materi dengan resiko tingkat stress tinggi atau hidup dengan standard seorang muslim?

Ya Allah.... Mudahkanlah setiap urusanku, letakkanlah harta dan dunia ini di tanganku bukan dihatiku, dan ampunilah segala dosaku karena kelalaianku menjalankan amanah-Mu dalam hidupku.

Tidak ada komentar: