Alkisah dalam autobiografinya, seorang Tehmina Durrani menyatakan seumur hidupnya ia merasa sebagai itik buruk rupa walaupun ia telah menjadi istri seorang Mustafa Khar, orang kedua dan tangan kanan PM. Zulfikar Ali Bhutto. Hal tersebut terjadi lantaran sedari kecil ia dikucilkan oleh ibunya karena tidak berkulit putih. Walaupun sang nenek (malahan) mati-matian melumuri tubuh dan wajahnya dengan segala macam ramuan supaya berkulit lebih putih, namun ibu kandungnya tetap melirik sebelah mata, karena kulitnya yang hitam
Di Indonesia - kecantikan lebih diidentikkan dengan kulit putih, rambut panjang hitam legam, hidung mancung, dan berbadan langsing. Stigma "cantik" diberikan buat perempuan yang kebetulan mempunyai tubuh seperti kriteria diatas, dan label "jelek" secara semena mena diberikan pada perempuan yang secara kebetulan pula tidak memenuhi kriteria diatas.
Semua perempuan, saya yakin, ingin diberi pengakuan "cantik", atau sekurang kurangnya "menarik" dari lingkungan sekelilingnya. Predikat "cantik" membuat seorang perempuan merasa lebih percaya diri, lebih bahagia, dan –mungkin- lebih mensyukuri kehadirannya di dunia. Sebaliknya, predikat "jelek", atau "kurang manis", atau "biasa biasa aja", atau apapun sebutan yang menerangkan bahwa dia kurang sedap dipandang mata, bisa membuat seorang perempuan merasa rendah diri, tidak berharga, malu akan dirinya sendiri, dan amit amit, bahkan bisa membuat seorang perempuan bunuh diri saking sedihnya.
Maka tak mengherankan, tatkala melongok sebuah klinik kecantikan non medis -di Jakarta misalnya-, perempuan rela menghabiskan waktu berjam berjam untuk menunggu giliran di"vermak" wajahnya oleh si "ahli kecantikan". Dan setelah tiba giliran…alamak, dia rela pula memberikan hidungnya yang sebetulnya tidak pesek pesek amat dijepit oleh penjepit jemuran supaya lebih mancung. Rela juga dia memberikan dagunya dipijat pijat, dibentuk supaya mirip dagunya Paramitha Rusady. Hasilnya ?, banyak orang bilang lebih mirip Elvis Presley !. Itu dari sisi bentuk.
Secara warna, banyak jalan juga untuk memiliki kulit putih. Tinggal pilih, mulai pengelupasan kulit yang membuat perempuan jadi phobi terhadap matahari. Matahari yang seharusnya disyukuri karena sumber kehidupan -dan juga sumber vitamin D-, malah dianggap musuh terbesar karena dokter dan/atau label produk kecantikan mengharamkan perempuan yang sedang dikelupas kulitnya untuk kena sinar matahari. Untuk kelas murahan, ada cream pemutih kulit yang dijual dengan bandrol Rp. 15.000 perpaket. Dijual bebas, jadi gampang diperoleh. Hasilnya ?, mudah mudahan putih seperti yang diharapkan. Resikonya ?, ya paling bengkak bengkak seperti yang kemarin disiarkan di TV.
Ingin langsing tapi malas sering sering olah raga di gym dan diet teratur ?. Jangan khawatir, banyak dijual obat langsing kok. Ditanggung langsing dengan cepat, asal mau jantungnya berdebar debar, keluar keringat dingin dari kaki dan tangan, pusing tak bisa mikir, karena obatnya mengandung amphetamin. Atau kalau ogah mengkonsumsi obat obatan, coba cara konvensional ini. Bulimia, atau Anorexia Nervosa. Dijamin kurus, tapi dekat dengan kematian.
Singkat kata, banyak jalan pintas untuk menjadi cantik. Celakanya, saking ingin disebut cantik perempuan banyak yang rela untuk menantang bahaya. Padahal, cantik itu bukan segalanya. Dan tentu saja, tidak cantik bukanlah kiamat.
Tapi bagaimana cara menyadarkan perempuan untuk mensyukuri apapun yang ia miliki (termasuk kulit gelapnya) ketika hampir semua produsen kosmetik mengembar gemborkan image bahwa kulit putih lebih cantik daripada kulit gelap, rambut panjang lurus lebih cantik daripada keriting, dan badan langsing dijamin lebih disukai laki laki, hanya supaya produk-nya laku dijual ?.
Coba deh, hampir gak pernah kan kita denger iklan seperti ini : "Pakailah body lotion merk `anu' yang dapat menonjolkan keindahan kulit coklat anda, kecantikan khas Asia ". Ya, kan ?. Yang ada juga merk `ini' untuk memutihkan. O, ada yang beda dikit, merk `ono', untuk kulit kuning. Putih dan kuning, sama aja kan , sama sama terang.
Kecantikan menurut standar “umum”, akan langsung melontarkan komentar `emak emak' ketika melihat foto gadis dengan kebaya. Bumper depan belakang, celoteh yang lain. But you know what, I'm not angry at all. Saya malah kasian waktu dengar komentar dia. Saya kasian sama dia, saya kasian sama penganut falsafah `cantik' haruslah langsing-putih-rambut panjang lurus, saya kasian sama gadis gadis yang tidak termasuk kriteria `cantik' menurut dia padahal smart.
Puluhan perempuan yang menjadi model, mulai dari yang terkenal sampai yang cuma numpang lewat, banyak menjadi acuan kecantikan bagi perempuan. Mereka menarik, mereka punya sifat dan kebiasaan yang berbeda beda yang membuat mereka jadi unik satu sama lainnya. Mata sipit bisa membuat seorang perempuan jadi manis, lihat Lucy Liu. Mata belo bisa buat perempuan terlihat mendayu dayu, lihat Inez deLa Fressange. Rambut Panjang memang anggun, seperti Nicole Kidman waktu pertama kali kemunculannya. Tapi Drew Barrymore juga seger kok dengan rambut pendeknya. Seksi kayak Jennifer Lopez emang bisa bikin cowok ngiler, tapi Dewi Hughes yang ndut juga bisa bikin teman cowok saya tergila gila saking smartnya. Jihan Fahira yang pesek bisa sama bekennya dengan Yana Zein yang idungnya `bule' banget saking mancungnya.
Oleh karena itu para perempuan, cintailah tubuhmu sendiri, seperti apapun bentuknya. Perbedaan itu memang sengaja diciptakan oleh Tuhan supaya dunia ini indah. Saya rasa, dunia akan terasa lebih asyik kalau kita menyadari bahwa kecantikan dalam tetap harus lebih diutamakan daripada tampilan luar.
Coba deh, kita bareng2 kutip lirik lagunya Simply Red :
You're so beautiful, but oh, so boring
I'm wondering what am I doing here
So beautiful, but oh, so boring
I'm wondering if anyone out there really cares
About the curlers in your hair ?
Coba kalau kita jadi perempuan yang cantik banget tapi di kencan pertama ada cowok yang nyanyi lagu itu untuk kita karena kita gak enak diajak ngobrol, ngebosenin, dan gak punya wawasan ?. Pait, kan ?. Gak mau, kan ?. Bete abisss !!!!.
Kita harus percaya Tuhan tidak akan dengan sengaja menciptakan umat-Nya buruk rupa. Dia kan Maha Penyayang. Pelukis aja menciptakan lukisan yang sebaik baiknya walau alirannya abstrak dan gak dimengerti oleh banyak orang.
Buat yang belum ngeh, Tehmina adalah istri Mustafa Khar, salah satu politikus Pakistan yang kontroversial di zaman Ali Bhuto, Zia, dan Benazir Bhuto. Keterlibatan Tehminaa dalam intrik-intrik politik suaminya untuk menggulingkan Zia dengan bantuan India, merupakan hal menarik buat seorang wanita tradisional yang berani mengambil resiko dengan menceritakan kisah pribadinya kepada dunia. Semua yang mungkin dialami seorang wanita yang bersuamikan laki-laki bermental feodal ini, telah dibukukan dalam sebuah biografi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar